Gadis ningrat (bangsawan) ini adalah salah seorang putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosrodiningrat.
Dan cucunya Bupati Demak,.Tjondronegero.
Pada masa kehidupannya, nasib dan pemberlakuan masyarakat umumnya terhadap kaum wanita dipenuhi kegelapan, kehampaan akan harapan, dan ketiadaan dalam segala perjuangan.
Demikianlah adanya perlakuan deskriminasi yang tumbuh dan berkembang saat itu kepada kaum hawa, khususnya di tanah jawa dan tanah air pada umumnya.
Seorang wanita saat itu diperlakukan tak lebih dari perabot kebutuhan pria yang tak punya hak suara apalagi hak untuk menentukan cita-cita dan harapannya sendiri.
Bahkan hal tersebut di berlakukan tak pandang bulu, baik pada masyarakat biasa dan juga terhadap putri priyayi sekalipun.
Hal ini jua yang membelenggu cita-cita seorang Kartini dalam hal pendidikan.
Beliau tidak diperkenankan melanjutkan sekolahnya yang cukup sampai tamat E.L.S (Europese Lagere School), sederajat sekolah dasar saja.
Jiwanya berontak atas kenyataan yang dia alami.
Saudara laki-lakinya dapat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, sementara masa remaja Kartini malah dipingit (menantikan seorang pria melamar dan kemudian menikah).
Tatkala itu, seorang wanita tak dapat menentukan hak pilihannya, termasuk soal jodoh.
Sementara itu, Kartini melihat.. Betapa nyaman mereka para teman putri anak bangsa Belanda yang mendapat perlakuan serta hak yang sama dengan pria.
Dengan semangat ingin merombak kebiasaan kehidupan atas kaumnya, ia mendirikan sekolah kepandaian putri.
Disini Beliau mengajari banyak hal terhadap sesamanya tanpa memandang ras dan golongan.
Termasuk mengajarkan menjahit, menyulam, dll.
Hingga pada usia 24 thn, ia dinikahkan dengan Raden Adipati Joyoningrat, Bupati Rembang (thn 1903).
Cita-citanya untuk mencerdaskan kaumnya tak dapat diputus dengan tali pernikahan.
Dan di Rembang-pun Beliau mendirikan sekolah yang sama dan tanpa memungut bayaran,.alias 'free cost'.
Jadi orang baik memang tak jamin bikin usia bisa lebih panjang.
Ternyata Allah punya kehendak.
R.A Kartini menghembuskan nafas terakhir tatkala melahirkan putra pertamanya.
Tepatnya pada tgl 17 September 1904, dalam usia 25 thn.
Sepeninggal beliau, surat-surat dan karya tulisnya dikumpulkan dan dibukukan, serta diberi judul "Door Duisternis tot", atau "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Setelah Indonesia merdeka,.
Presiden pertama Indonesia (Ir. Soekarno) atas nama pemerintah dan bangsa mengeluarkan Kepres RI no 108 thn 1964.
Memberi penghormatan atas jasa-jasanya dan memberi gelar 'Pahlawan Kemerdekaan Nasional'.
Dan sekaligus menetapkan tgl lahirnya sebagai hari besar nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar