Keampuhan Doa
Doa merupakan inti ibadah.
PROF DR KH NASARUDDIN UMAR; Imam Besar Masjid Istiqlal
Dalam Islam dikenal ada tiga tingkatan doa, yakni 1) Doa yang dipanjatkan dengan bahasa mulut (al-du'a bi lisan al-maqal), 2) Doa yang dipanjatkan dengan kekuatan bahasa batin (al-du'a bi lisan al-hal), dan 3) Doa yang dipanjatkan dengan kekuatan kepasrahan untuk bersedia menerima apapun keputusan Allah SWT (al-du'a bi lisan al-isti'dad). Dalam perspektif sufistik, sebagaimana diungkapkan oleh Dawud Qaishari, doa yang paling kuat ialah yang ketiga, sehingga dikenal sebuah ungkapan al-du'a bi lisan al-hal afshahu min al-du'a bi lisan al-maqal, wa al-du'a bi lisan al-isti'dad afshahu min al-du'a bi lisan al-hal (Doa yang dipanjatkan dengan bahasa batin lebih kuat dibandingkan doa yang dipanjatkan dengan bahasa lisan, dan doa yang dipanjatkan dengan doa isti'dad lebih kuat dibandingkan doa yang dipanjatkan dengan bahasa batin).
Manusia sebagai pemohon kepada Allah SWT (al-musta'adzu bih) meskipun ia diciptakan dengan berbagai kelebihan di atas makhluk-Nya tetapi tetap membutuhkan perlindungan, bimbingan, dan pertolongan Allah SWT sebagai Sang Pemberi Perlindungan (al-musta'adzu bih).
Terkait
Allah SWT meminta manusia untuk senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya sebagaimana dikatakan dalam ayat: "Dan katakanlah: Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan." (QS al-Mu'minun/23:97). Dalam ayat lain: "Apabila kamu membaca Alquran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS al-Nahl/16:98).
Bagi para pencari Tuhan (salikun) yang penting bukan pengabulan doanya, tetapi penghambaan diri secara sempurna jauh lebih nikmat dibandingkan pengabulan berbagai doa. Mereka berdoa karena Allah SWT mewakili manusia untuk: Ud'uni astajib lakum ("Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu). (QS al-Gafir/40:60).
Bagi mereka, yang terpenting perbuatan berdoa itu sendiri. Rasulullah SAW pernah bersabda, Al-du'a mukh al-'ibadah (doa adalah intinya ibadah). Mereka lebih merasakan puncak kenikmatan jika berdoa daripada menikmati hasil doa, apalagi kalau doa didikte oleh hawa nafsu, seperti pada umumnya orang awam jika berdoa. Mereka lebih banyak meminta sesuatu yang berjangka pendek dalam urusan kehidupan dunia, seperti jodoh, kesehatan, kesejahteraan, pekerjaan, dan keperluan hidup duniawi lainnya.
Permohonan yang didikte hawa nafsu sering kali berujung penyesalan. Manusia sering tidak sadar kalau dirinya telah terlena dengan hawa nafsu yang menguasainya.
Terhalangnya sebuah doa jika yang diminta dalamnya terdapat hikmah bahwa Allah SWT menyelamatkan kita dari kehinaan sebagaimana umumnya tuntunan hawa nafsu. Hal ini juga pernah diingatkan oleh Ibn 'Athaillah dalam kitab Al-Hikam-nya: "Boleh jadi Allah memberimu, padahal ia menolakmu. Dan boleh jadi pula Dia menolakmu, padahal Dia memberimu. Apabila Allah menolak permohonanmu, maka sesungguhnya Dia telah memberimu. Dan jika segera dipenuhi permohonanmu, maka sesungguhnya engkau tengah ditolak dan mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari apa yang engkau mohonkan kepada-Nya. Ketika Allah membukakan pintu pengertian bagimu tentang penolakan-Nya, maka penolakan itu pun berubah menjadi pemberian."
Dari ungkapan luhur seorang Ibn 'Athaillah di atas mengingatkan kita betapa dahsyatnya Allah SWT, Tuhan segala makhluk. Dia Mahatahu apa yang sesugguhnya dibutuhkan hamba-Nya.
Terkini
TERBARU
TRENDING
Iklan
Phone
021 7803747 ext 231,232
021 79184744
Fax
+6221 7997903
+6221 7981169
E-mail : sekretariat@republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar