Sabtu, 17 Mei 2008

Seratus Tahun Kebangkitan Nasional

Cita-cita republik yang sebagaimana termaksud dalam Pembukaan UUD'45, menjadi sumbang ditelinga.

Tampaknya semangat nasionalisme hanya muncul manakala ada sentilan dari negara lain.

Mengapa,... ??
Karena kita memandang cita-cita republik sebagai kebenaran yang mitis (deretan yg benar 'pada dirinya sendiri').

Marilah kita evaluasi perjalanan sejarah..
Pergantian rezim pemerintahan tak berefek langsung secara positif pada kehidupan masyarakat.

Juga tidak memberi perubahan, terutama dari sisi pendidikan. Bidang yang justru dari awal pergerakan nasional menjadi biang perubahan.

Republik ini dibangun dengan fundamental ekonomi yang seakan kuat, politik yang seakan stabil, pemerintahan yang seakan bersih, politikus yang seakan negarawan dan berpihak pada rakyat, pengusaha yang seakan captains of industry, dsb.

Ibarat penyakit, gejala 'seakan' merupakan penyakit tanpa biang keladi, karena racun dan darah telah menyatu.

Secara psikologis, inilah yang oleh Erich Form disebut sebagai The Pathology Of Normalcy, penyakit yang tak disadari lagi sebagai suatu penyakit karena sudah menjadi bagian diri yang wajar.

Kehidupan rakyat diselimuti oleh aura kemuraman, tiada harapan, dan beratnya beban yang harus dipikul.

Seluruh persoalan yang kini sedang kita hadapi tak lagi bisa digantungkan pada negara.

Kepercayaan yang berlebih atau harapan yang menjulang pada negara, akan dapat menjebak dan memunculkan rasa frustasi yang tak berkesudahan.

Marilah kita,. 'bersatu-padu' untuk menyatukan sikap dan langkah, guna merumuskan suatu pola dan tata nilai yang berguna bagi rakyat dan negeri ini..

Tidak ada komentar:

Keluarga Cemara..

Halo.. Guys